Selamat datang di situs u-Lima Lima Kosong Blog! *Selamat hari Sabtu, selamat berakhir pekan!* -Rachmat Yuliardi- *Pahlawan itu kamu yang produktif berkarya dan optimis melihat masa depan* -Rachmat Yuliardi- *Menularkan kebiasaan baik itu mudah, yuk ajak keluarga kamu untuk beralih ke pasta gigi Systema Nano!* -Rachmat Yuliardi- *Menggunakan obat kumur membantu menghilangkan bakteri berbahaya dari mulut serta membantu mencegah pembentukan plak* -- *Rachmat Yuliardi: Latihan Fisik Penting Untuk Menjaga Konsentrasi*

Total Pengunjung

Selasa, 29 Januari 2013

Why Is It Always Mario?

Mario? Mengapa dia? Mengapa selalu dia? Ini memang pekan krusial buat Roberto Mancini: fokus versus QPR ketika sudah kehilangan Maicon, Micah Richards, dan kini Vincent Kompany serta Matija Nastasic. Saat yang sama, fokusnya juga terbagi untuk ‘anak emasnya’, Mario: starter atau tidak melawan QPR. Tapi, buat Mario, starter atau bukan, itu soal lain. Tak penting. Maklum, usai laga versus QPR, besoknya Mario terbang ke Italia. Pemain nyentrik itu akan memfinalisasi pembicaraan dengan dua klub Italia: AC Milan atau Juventus. Juventus, yang sudah mendapatkan Nicolas Anelka, keukeuh dan akan memastikan semuanya dalam hitungan jam, hari ini. Milan pun sama, termasuk untuk proposal 17 juta Pound yang sudah mengemuka—lebih rendah dari angka 22 juta Pound yang dikeluarkan City untuk Internazionale Milan, dua setengah tahun lalu.
Jika semua mulus, maka laga versus QPR menjadi sangat emosional meskipun Mario tidak pernah ekspresif dalam memainkan setiap ‘segmen penampilannya’ bersama City. Boleh jadi juga dia tidak peduli, starter atau tidak. Musim ini, sebagai striker, Mario ‘baru’ menjaringkan tiga gol dan bermain full-time hanya dua kali saja. Secara keseluruhan, selama dua setengah musim bersama The Citizens, dia memiliki 80 caps (54 di Liga, 6 FA, 3 Piala Liga, 17 Eropa) dengan koleksi 30 gol, 23 kartu kuning dan 4 kartu merah! Tapi, cerita yang banyak mengapung dari sosok Mario justru dari sisi non-teknis dengan sederet kontroversi. Pekan lalu saja, dia ribut di Carrington, di training-ground City. Itu yang terbaru, setelah sekian lama Mario diwarnai dengan cerita-cerita negatif dan itu adalah gambaran betapa bakat dan kelakuannya berbanding terbalik: aneh, unik, eksentrik, di luar nalar dan terkadang mengejutkan.
Dia pernah main kembang api di kamar mandinya; berbusana nyeleneh; belanja gila-gilaan; menebar uang tunai kepada setiap orang yang lewat; memarkir Bentley mewahnya di sebuah halaman sekolah hanya untuk numpang buang air kecil; tanpa ekspresi ketika dikejar media; dua kali menabrakkan mobilnya; pesta dugem hanya beberapa jam sebelum City kick-off dan banyak lagi. Itu semua menjadi warna penting Mario selama bersama City, selama dia beredar di tanah Britania dalam medium Liga Premier, Piala FA, Piala Liga dan boleh jadi Mario akan menjadi salah satu fenomena penting dalam industri sepakbola di Inggris. “Dia punya segalanya. Dia salah satu pemain terbaik di dunia. Dia bisa menjadi (Cristiano) Ronaldo atau (Lionel) Messi. Tapi dia harus bekerja keras. Dia harus mengerti bagaimana pekerjaannya,” itu komentar Mancini tentang Mario. Mancini dan Mario memang bak ayah dan anak. Kadang cocok kadang tidak. Saling membutuhkan tapi terkadang juga saling serang. Mancini yang membawa Mario ke City, tapi sangat mungkin pula Mancini akan melepas Mario kembali ke tanah asalnya, Italia. Entah Milan, entah Juventus. Mario memang cerita panas (industri) sepakbola, sebab hari-harinya memang selalu bercerita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Budayakan komentar yang baik & santun. Terima kasih atas partisipasi dari Anda yang menanggapi postingan ini ☺