Selamat datang di situs u-Lima Lima Kosong Blog! *Selamat hari Sabtu, selamat berakhir pekan!* -Rachmat Yuliardi- *Pahlawan itu kamu yang produktif berkarya dan optimis melihat masa depan* -Rachmat Yuliardi- *Menularkan kebiasaan baik itu mudah, yuk ajak keluarga kamu untuk beralih ke pasta gigi Systema Nano!* -Rachmat Yuliardi- *Menggunakan obat kumur membantu menghilangkan bakteri berbahaya dari mulut serta membantu mencegah pembentukan plak* -- *Rachmat Yuliardi: Latihan Fisik Penting Untuk Menjaga Konsentrasi*

Total Pengunjung

Senin, 18 Februari 2013

Mengitari Museum Bank Indonesia di Gelapnya Malam







MENGHABISKAN waktu dengan menyusuri museum di malam hari mungkin bukan sebuah ide menarik, apalagi jika bangunannya memiliki histori panjang. Bisa-bisa bayangan seram menghantui.

Dalam benak Anda masih terekam pemikiran bahwa menjelajahi museum di malam hari itu penuh mistis? Kini, ubah pemikiran tersebut lewat program yang diadakan Komunitas Historia Indonesia bertajuk "Night at The Museum". Kegiatannya adalah menjelajahi Museum Bank Indonesia di kawasan Kota, Jakarta.

“Masuk museum siang-siang sudah biasa, kalau malam kan beda, sensasinya juga beda. Enggak semua orang bisa masuk museum di malam hari,” kata Asep Kambali, Ketua Komunitas Historia Indonesia.

Asep menambahkan, menyusuri museum di malam hari memungkinkan para peserta bisa lebih dekat dengan koleksi yang ada sebagai tempat belajar sejarah. Alhasil, tak ada lagi sisi mistis, seperti ketika u550 Blog menjadi pesertanya.

Sebelum mengitari Museum Bank Indonesia, para peserta diberi welcome drik dan makanan kecil, berupa kacang goreng serta kripik kentang. Sambil menikmati sajian, peserta disuguhkan sedikit gambaran mengenai histori bank Indonesia melalui pemutaran film sekira satu jam.

Para peserta dibagi dalam enam grup, yakni grup biru, pink, kuning, hijau, oranye, dan merah. Di antara peserta, ada juga wisatawan asal Jerman. Kebetulan, u550 Blog masuk grup kuning yang didampingi oleh Iis Siti Fatimah, pemandu wisata Museum Bank Indonesia.

Ketika masuk, yang segera terlihat adalah bagian lantai museum didominasi material kayu serta seluruh dinding yang sangat terawat. Hawa dingin membuat kami lebih nyaman menapaki bagian kasir, yang terlihat seperti penjara. Alasan keamanan mendasari pembuatannya. Menurut Iis, terdapat kurang lebih 9 lapisan pada bagian kasir, dan ketika ada orang asing masuk mendekati, maka secara otomatis pintu akan terkunci. Setelah bagian kasir, ruangan berikutnya adalah koleksi yang menerangkan sejarah hadirnya rempah-rempah di Indonesia, mulai dari masa perdagangan, sistem barter, serta kerjasama di zaman Hindia Belanda.

Di Museum Bank Indonesia terlihat beragam pakaian para pejuang Indonesia, seragam tentara Belanda, dan tentara Jepang. Semuanya berada di lantai yang ditutupi kaca hingga kesan historisnya benar-benar terasa. Para peserta juga bisa melihat beberapa koleksi penting, termasuk replika telefon yang berdering dengan sendirinya. Menurut Iis, telefon berdering tersebut melambangkan bahwa Bank Indonesia tak pernah berhenti beroperasi lantaran banyaknya bank yang tidak memiliki uang, dan menjamin uang rakyat yang disimpan tidak terancam hilang.

Terdapat pula ruangan hijau sebagai tempat penyimpanan emas batangan. Meski hanya berupa replika, kemiripannya 1:1, dengan berat hampir 20 kilogram per batang. Terdapat pula brankas besar untuk penyimpanan uang, mulai bentuk logam hingga kertas.

Di bagian bawah, terdapat ruangan pencetak uang yang diimpor dari Jerman. Mesin ini masih manual, yang sudah digunakan sejak 1913, tapi hingga kini masih berfungsi. Meski bunyinya sudah tidak enak didengar, semua bagiannya masih bisa dikendalikan dengan sempurna.

Ada juga mesin sortir uang untuk mendeteksi uang yang sudah jelek. Jika kerusakannya di bawah 10 persen, maka uang tersebut akan dimusnahkan. Di sisi lain, ada ruang grafik atau desain uang kertas dan logam.

"Karena saya tidak tahu histori perekonomian di Indonesia seperti apa, khususnya bank yang dimiliki Indonesia pertama kali, makanya saya penasaran untuk ikut tur museum ini," kata Judith, peserta asal Jerman.

Lebih lanjut, Judith mengatakan bila dirinya sangat menyukai wisata museum. Menurutnya, setiap negara memiliki bentuk bangunan museum dan histori berbeda.

"Saya suka sekali museum. Di Indonesia banyak sekali bangunan bersejarah, bahkan museumnya masih dirawat dengan baik. Sisi menyeramkannya pun tak terlihat," tutupnya.

Komunitas Historia Indonesia mengadakan acara “Night at The Museum Bank Indonesia” sebagai hasil kerjasama dengan Museum Bank Indonesia. rencananya, acara ini akan diadakan tiga kali dalam satu tahun.

1 komentar:

Budayakan komentar yang baik & santun. Terima kasih atas partisipasi dari Anda yang menanggapi postingan ini ☺