BIREUEN - Warga Simpang Mamplam dan Pandrah, Bireuen meminta Pemkab
setempat untuk mengeruk Krueng Surin di Kecamatan Simpang Mamplam.
Pasalnya, akibat sudah sempit dan dangkalnya sungai itu, kawasan itu
menjadi rawan banjir. Seperti banjir beberapa hari lalu, yang
menyebabkan dua orang meninggal dunia terseret arus.
“Dulu, lebar
sungai itu mencapai 20 meter. Tapi, sekarang hanya tinggal empat sampai
enam meter. Kalau Krueng Surin belum dikeruk dan diperlebar, banjir di
Simpang Mamplam dan Pandrah akan selalu terjadi,” kata H Muhammad Sy,
aparat Desa Pulo Dapung, Simpang Mamplam, kemarin. Ia juga berharap
Pemkab Bireuen menyediakan sampan untuk warga yang dapat digunakan saat
banjir.
Kadis Pengairan, Pertambangan, dan Energi Bireuen,
Ismunandar ST MT, kemarin, mengatakan, keinginan warga agar Krueng Surin
harus dinormalisasi sudah dibahas pihaknya dengan tim teknis dan akan
disampaikan ke bupati untuk diteruskan ke Banda Aceh. “Jadi, kami
masyarakat bersabar. Bupati Bireuen sedang melakukan berbagai upaya
untuk mengatasi banjir yang terjadi setiap tahun,” ujarnya.
Sementara
itu, rumah berkontruksi kayu milik Baktiar (60), nelayan Desa Krueng
Juli Barat, Kecamatan Kuala, Bireuen, terancam ambruk setelah diterjang
ombak, Senin (4/2) dini hari WIB. Hal yang sama juga menimpa balai
pertemuan nelayan dan toilet di TPI desa itu. Kondisi itu terjadi akibat
abrasi yang makin meluas.
“Sekarang, kami tak bisa lagi
menambatkan boat di TPI karena dermaga sudah dihantam ombak. Jadi, kami
terpaksa menambatkan perahu atau boat di lahan kebun kelapa kosong yang
berjarak sekitar 300 meter dari TPI,” kata M Daud (60), nelayan
setempat. Karena itu, nelayan di kawasan itu berharap pemerintah segera
membangun tanggul atau jetty penahan ombak di sepanjang pantai itu.(yus/c38)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Budayakan komentar yang baik & santun. Terima kasih atas partisipasi dari Anda yang menanggapi postingan ini ☺